Ep-2_Teman?
“Chiko, andai lo bisa
ngomong. Gue pasti bakal seneng.” gumam Riri.
Ia masih saja terisak
pelan.
Tak lama kemudian, gadis
itu tertidur. Bahkan sepatunya saja masih terlihat jelas menempel dikaki nya.
Tapi diam-diam, ternyata elusan itu benar adanya. Bukan halusinasi Riri saja.
*****
Panggilan Bi Tati
pagi-pagi buta membuat Riri pelan-pelan keluar dari dunia mimpinya. Riri yang perlahan
matanya terbangun, justru malah kembali tidur. Ia semakin mengeratkan
pelukannya pada perut Chiko.
“Bangun Rihanna.”
Riri terkejut mendengar
suara seorang laki-laki yang menyuruhnya untuk bangun. Saat ia membuka matanya,
tapi tidak ada siapa-siapa dikamarnya. Hanya ada Chiko yang selalu ia peluk
erat. Mungkin itu hanya mimpi, batinnya. Ia melanjutkan tidurnya, padahal waktu
sudah menunjukkan pukul 06:00.
“Rihanna. Bi Tati sudah
memanggilmu sejak tadi.”
Lagi-lagi suara seorang
laki-laki membuatnya terbangun. Riri dengan spontan langsung duduk. Ia
mencari-cari suara siapa yang barusan berbicara di kamarnya. Nihil. Tetap saja
tidak ada siapa-siapa di kamarnya selain Chiko yang masih saja terlihat seperti
orang rebahan di kasurnya.
Apakah itu benar-benar
mimpi? Rasanya seperti nyata, batin Riri.
Riri tidak ingin terlalu
memikirkannya. Ia bergegas membuka sepatunya lalu mandi karena di depan pintu
kamarnya, Bi Tati sudah teriak teriak menyuruhnya mandi.
Tak butuh waktu lama,
Riri sudah keluar lagi dari kamar mandi nya. Ia sudah memakai seragam
sekolahnya dengan sangat rapih.
Ia melihat kasur yang
awalnya berantakan, kini sudah terlihat rapih. Terlebih lagi, Chiko sudah
berubah posisi yang awalnya ditidurkan menjadi duduk. Mungkin tadi Bi Tati
masuk ke kamar, fikirnya.
Riri menyiapkan beberapa
buku pelajaran yang akan ia bawa. Biasanya Riri menyiapkan nya pada malam hari
setelah ia belajar. Namun, kemarin setelah pulang dari acara Pertunjukan Bakat,
Riri tertidur sampai pagi, dia baru bangun.
Kemudian, dia mulai
menyisir rambutnya yang panjang.
“Ah, gue minta Bi Tati
kepang rambut gue aja lah. Males gue.” gerutunya.
Kebiasaan Riri sejak
kecil, ia tidak pernah bisa menyisir rambutnya. Terlebih jika sudah di keramas.
Bi Tati selalu menjadi tempat ia menata rambutnya.
Katanya, Bi Tati ini seperti salon darurat.
“Rambutmu lebih cantik di
gerai, Rihanna.”
Lagi-lagi Riri dikejutkan
dengan suara laki-laki.
“Siapa itu?” teriak Riri.
“Kamu sekarang bisa
mendengarku, Rihanna?”
Demi apapun itu, Riri
ketakutan sekarang. Sisir yang sejak tadi ia pegang pun bahkan terjatuh.
“Keluar lo!”
“Rihanna, sungguh kamu
bisa mendengarku sekarang?”
“Please! Ini gak lucu.
Gue gak budeg. Keluar lo!!!”
Rihanna benar-benar
bingung. Ia mengedarkan seluruh pandangan mata nya. Tapi tidak ada siapa siapa
disana. Hanya ada Chiko.
“Rihanna? Aku Chiko.
Boneka beruangmu!” seru suara laki-laki itu.
“Please ya! Gue panggil
Mang Agus biar lo digebukin tau rasa.” ancam Rihanna yang masih saja mencari
siapa pemilik suara itu.
“Rihanna! Tolong! Aku
benar-benar Chiko! Aku bisa bergerak!”
Riri melihat ke arah
Chiko, dan benar saja. Chiko yang awalnya duduk bersandar dikepala kasur kini
perlahan merangkak di kasur.
Riri dengan refleks
berteriak dan berlari menuju pintu kamarnya. Ia sangat terkejut. Tubuhnya tiba
tiba berkeringat dingin.
“Rihanna! Tolong jangan
berteriak. Aku tidak akan menyakitimu!”
Sumpah. Demi kupu-kupu
berenang. Gajah terbang. Riri ingin pingsan saja.
Mengapa bisa boneka
beruang yang selama ini selalu menjadi teman tidurnya, kini bisa bergerak dan
bahkan berbicara seperti manusia. Apa jangan-jangan selama ini elusan sebuah
tangan itu adalah Chiko?
Mengapa semuanya seperti
dalam sebuah dongeng?
BAGAIMANA BISA?!
“Jangan mendekat!”
Bukannya menjauh, Chiko
berjalan mendekati Riri. Chiko berjalan seperti robot dalam televisi.
Demi tuhan!
Riri membuka sebelah
sepatu yang tadinya sudah ia pakai. Ia lempar begitu saja pada Chiko boneka
beruang kesayangannya, tepat pada hidungnya.
Chiko tergeletak seperti
manusia yang pingsan.
Memangnya boneka bisa
pingsan?
Ini benar-benar diluar
nalar. Nafas Riri terengah-engah. Ia masih berharap semua tentang Chiko yang
tiba-tiba bisa bergerak dan berbicara ini hanya bunga tidur.
Gadis berambut hitam itu
mengucek matanya. Tidak seperti yang ia harapkan. Ia berharap ia terbangun. Tapi
ternyata setelah mengucek matanya, yang ia lihat bukan lagi Chiko boneka
beruang berbaju pendek, melainkan seorang laki-laki yang tengah memegang
hidungnya.
Mata Riri melotot. Andai
kata matanya seperti boneka beruang, mungkin matanya sudah keluar.
“Tolong! Siapa pun itu
bangunin gue dari mimpi buruk ini!” takut Riri.
Laki-laki itu berdiri
dengan masih setia memegang hidungnya yang terlihat kesakitan. Laki-laki itu
sangat tinggi. Mungkin jika di bandingkan dengan Riri, gadis itu hanya setinggi
dadanya saja.
Laki-laki itu mirip
dengan Jourdy Pranata, sangat mirip. Hanya saja, laki-laki itu seperti memakai
baju Chiko saat bonekanya belum berubah jadi manusia.
Dulu, Chiko memakai baju
warna cream pendek dan celana merah pendek juga. Lihatlah laki-laki itu
sekarang! Ia pun memakai baju persis baju Chiko. Meskipun sangat terlihat
kekecilan.
Tidak! Tidak!
Tidak persis!
Memang itu Chiko! Chiko
nya berubah menjadi seorang manusia.
Bayangkan saja!
Baju boneka beruang yang
besar, yang kiranya bisa dipakai anak usia 9th dipakai seorang
laki-laki yang tingginya sekitar 180cm.
Riri menangis. Ia
benar-benar ketakutan. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan untuk membuka
pintu kamar dan berlari saja, Riri rasa ia tidak mampu.
Berubah nya Chiko menjadi
manusia, benar-benar membuat Riri tidak bisa berkutik.
“Aku jadi manusia lagi!”
seru laki-laki itu.
Riri menggelengkan
kepalanya tidak percaya. Bagaimana bisa ia melihat kejadian seperti ini?
“Rihanna! Terima kasih
sudah mengembalikan aku menjadi manusia!”
“Hah? Gue gak mimpi kan?”
tanya Riri sambil meremas rok sekolah nya.
“Rihanna! Aku manusia.
Ak..”
Belum selesai laki-laki
itu berbicara, suara Bi Tati membuatnya berhenti berbicara.
“Ndhuk. Udah jam 7 loh
iki, kamu iki mau sekolah ndak toh?” teriak Bi Tati dari luar kamarnya.
Riri tersadar.
Ternyata ini benar-benar
nyata. Chiko memang berubah menjadi manusia.
“Gue gak tau asal-usul lo
kaya gimana. Meskipun gue berharap ini mimpi. Tapi lo jangan kemana-mana!
Tunggu gue pulang! Lo punya hutang cerita!” pinta Riri.
Laki-laki itu mengangguk
patuh. Kemudian ia memberikan sepatu yang tadi di lempar Riri.
“Sepatumu, Rihanna.”
Riri mengambil sepatunya
dengan cepat meskipun ia masih ragu.
“Ndhuk! Kamu iki
baik-baik saja toh?! Bibi masuk saja ya!” teriak Bi Tati lagi.
“Gak usah! Riri udah
siap! Tunggu di bawah aja!” balas Riri tak kalah teriak.
Ia segera bergegas
mengambil tas nya, tak lupa dengan sisir yang tadi ia jaatuhkan. Laki-laki itu
tersenyum manis melihat keterkejutan Riri. Dirinya pun masih tidak menyangka
bisa berubah menjadi manusia lagi.
Komentar
Posting Komentar