Ep-13_Teman?
“Karan’s Doll?”
“Yaps! Karan’s Doll. Toko yang Papa beli Chiko, ada
nama Karan’s Doll di tubuh Chiko.” jelas Riri.
“Hm. Tapi kenapa harus Karan’s Doll, Rihanna?” bingung
Papa nya.
“Whatever, Papa. Aku mau cari teman Chiko dari sana,
hhehe.” alibi Riri. Padahal jelas, Riri ingin menelusuri tentang Karan.
“Oke! Let’s go!”
***
Riri melihat kesana kemari saat sudah tiba di depan
Karan’s Doll. Dia sangat bahagia. Akhirnya, ia menemukan Karan’s Doll terdekat.
Jarak dari pusat jajanan tadi kira-kira satu jam setengah, yang artinya bila
dari rumah Riri kurang lebih sekitar dua jam.
“Sepertinya banyak sekali perubahan di toko ini.”
tutur sang Papa.
“Papa, Papa kenal pemilik Karan’s Doll ini?” tanya
Riri.
Papa nya menggelengkan kepala. “No! But, waktu Papa
beli Chiko dengan Mama dulu, toko ini hari pertama buka. Dan pemilik toko nya
menyarankan Chiko, sebab Chiko adalah boneka pertama yang anak nya buat. Dulu,
katanya anak nya itu kalo gak salah sekitar umur 9 tahun.”
“Kalo waktu Riri minta cuciin Chiko ke laundry, kemana
Pa?”
“Ya kesini. Waktu itu, kebetulan lagi promo laundry
boneka khusus boneka dari sini.”
Riri mengangguk-angguk. Kemungkinan besar, pada saat
Karan sweetseventen itu tepat pada pembukaan laundry khusus disini.
“Ini, mau QnA atau beli boneka si?” Papa Riri mencoba
bercanda.
Riri sedikit tertawa. Kemudian masuk ke dalam Karan’s
Doll.
Karan’s Doll ini benar-benar toko boneka yang besar
dan komplit. Mulai dari gantungan tas berbentuk boneka, boneka rajut, dan masih
banyak lagi jenis boneka lainnya dari yang terkecil hingga besar.
“Silahkan, Tuan! Ada yang bisa saya bantu?” seorang
SPG menghampiri Riri dan Papa nya.
“Terima Kasih! Putri saya ingin melihat-lihat dulu.”
jawab Fahri dengan ramah.
“Oh, baik Tuan.”
SPG itu mempersilahkan Riri dengan Papa nya untuk
melihat-lihat isi Karan’s Doll. Sebenarnya, Riri ingin banyak bertanya dengan
para SPG disini. Kemungkinan besar mereka akan tahu seluk beluk tentang Karan.
Tentu saja, itu akan mempermudah ia mempertemukan Karan dengan Bunda nya.
Saat ini, Riri berpura-pura memilih beberapa boneka
juga baju boneka untuk Chiko. Padahal sebenarnya ia sengaja memperlambat, agar
Papa nya lelah dan duduk saja.
“Papa, maafkan Riri sengaja membuat Papa
lelah.” Batin Riri.
“Rihanna? Kamu mau dibantu SPG aja buat pilih yang
cocok?”
Riri pura-pura menolak. Ia menggelengkan kepalanya.
“Atau kamu terlalu banyak pilihan? Kamu bebas membeli
berapapun. Anything for you, ingat itu.”
“Papa cape ya? Papa duduk aja di kursi itu. Biar Riri
cari sendiri.”
“Are you sure? Tidak ingin ditemani Papa atau SPG
disini?”
“No! Riri lebih suka sendiri. Kalo ditemenin gak fokus
pilih, hehe.”
“Hm. Yauda Papa tunggu disana ya! Kamu bebas beli
berapaun, ingat itu ya!”
Riri mengangguk.
Setelah Papanya pergi, Riri segera menghampiri seorang
SPG yang sedang menata boneka agar lebih rapih. Kira-kira usia SPG itu sekitar
35th.
“Mbak?” Riri berhati-hati.
“Eh. Kenapa Dek? Susah cari pilihan ya?” tanya SPG
itu.
“Eh, itu. Eng..Nggak Mbak. Ehh.. Iyaa.”
SPG itu sedikit tertawa. “Ayo! Gak usah malu-malu.
Emang banyak ko remaja seumuran kamu yang kebingungan pilih boneka.”
Riri mengikuti SPG itu yang mulai menawarkan satu
persatu boneka yang menurut SPG itu cocok dengan Riri.
“Mbak, udah lama kerja disini?” basa-basi Riri.
“Iya, Dek. Sebenarnya toko ini cabang yang kebetulan
waktu itu butuh banyak pegawai dan kebetulan Mbak dipindahkan ke toko baru ini
untuk jadi orang kepercayaan.”
Mbak itu memberikan boneka kecil berbentuk sapi. Riri
menyimpannya pada keranjang yang ia bawa dari Mbak tadi. Masalah membeli
berapapun boneka, tidak apa apa bukan? Kamu bebas membeli berapapun.
Anything for you itukan yang di katakan Papa nya tadi? Well, Riri akan
membeli berapapun yang ditawarkan Mbak itu asal ia mendapatkan informasi
tentang Karan.
“Berarti Mbak bukan SPG dong? Kenapa jadi bantu Riri
gini.” Riri merasa bersalah.
“Hehe. Gak apa-apa. Malah seru.”
“Udah lebih dari 10th dong Mbak kerja di
Karan’s Doll?” pancing Riri.
“Iya. Sekitar 15th lah, Dek.”
“Kayaknya Mbak betah banget disini, hehe.” pancing
Riri.
“Betah lah, Dek. Betah banget malah. Apalagi bos nya
baik banget.”
“Papa aku dulu juga beliin aku boneka dari sini,
katanya boneka yang Papa beli itu boneka pertama yang dibuat anak nya. Dan itu
tuh rekomendasi dari pemilik toko ini. Emang pemiliknya kira-kira berapa tahun
Mbak?” kepo Riri.
“Serius? Ah, Nyonya Kania memang begitu kalo kesini.
Suka sekali merekomendasikan boneka-boneka hasil putra nya. Semata-mata ingin
putra nya senang dengan hasil karya nya sendiri. Umur Nyonya Kania kira-kira 45th
kayaknya.”
“Putra? Dia seorang laki-laki tapi membuat boneka?”
bingung Riri.
“Iya. Ini juga buatan Tuan Muda. Coba kamu lihat.”
Mbak itu memberikan boneka kecil berbentuk kura-kura.
Riri tersenyum.
Karan membuat boneka?
“Mbak tau gak? Kenapa putra pemilik Karan’s Doll ini
membuat boneka kura-kura?”
Mbak itu tersenyum mengangguk. “Sebab Tuan Muda sangat
menyukai kura-kura.”
Riri mangut-mangut mengerti. Ia tersenyum tipis sambil
melihat boneka kura-kura yang ia pegang.
“Tapi sayang, udah mau tiga tahun ini Tuan Muda tidak
pernah kesini lagi untuk mengantarkan boneka buatannya. Semua pekerja juga
sedih. Sebab Tuan Muda begitu menyenangkan dan menghibur kami disini.”
Riri terdiam.
Dua tahun ini, Karan tidak pernah ke toko sebab ia
jadi bagian apa yang dijual di toko ini.
“Yaudah Mbak. Aku ambil dua boneka ini aja.”
“Dua? Nggak mau satu aja?”
“Nggak, dua-dua nya Riri beli aja.”
Komentar
Posting Komentar